Minggu, 14 Desember 2014

Mengapa Nama Gereja Karo GBKP?


Mengingat begitu banyaknya pertanyaan tentang mengapa nama gereja orang Karo adalah Gereja Kristen Batak Protestan (GBKP), dimana pada nama tersebut memiliki ‘label’ Batak, maka terkait pertanyaan tersebut, salah seorang penggiat gerakan Karo Bukan Batak (KBB), Juara R Ginting di grup Facebook Jamburta Merga Silima memberikan jawaban sebagai berikut:
Pertanyaanya: Kalau memang benar Karo bukan Batak, maka mengapa nama gereja orang Karo adalah Gereja Batak Karo Prostestan (GBKP)?
Jawab: Ketua Moderamen GBKP yang pertama (1941), J. van Muilwijk, memang berasal dari Belanda. Akan tetapi, pada saat itu, dia bekerja bukan untuk Nederlands Zendeling Genotschap (NZG) (Organisasi Missi Belanda), tapi melainkan, untuk Reinisch Mission Gemenshaft (RMG) (Organisasi Missi Jerman). Saat itu, dia mengepalai HKBP di Simalungun. Karena Belanda telah dikuasai Jerman pada saat itu (Perang Dunia II), maka HKBP yang dikelola oleh RMG juga mengambilalih managemen Gereja Karo dari NZG dan menggantinya menjadi GBKP pada Sidang Sinode GBKP yang pertama itu (1941) di Sibolangit. Jadi, nama GBKP itu baru muncul PADA TAHUN 1941.
Jangan lupa, pengkristenan orang Karo dianggap proyek gagal. Missionaris pertama, H.C. Kruyt sudah menyatakan bahwa orang-orang Karo tak mungkin dikristenkan. Karena dia dianggap gagal oleh penyandang dana, yaitu Deli Maschapij, maka dia dipulangkan dan diganti dengan missionari lain. Begitupun, tetap saja sedikit sekali orang Karo menjadi Kristen. Bahkan, sebagaimana beberapa sejarawan dan antropolog mencatatnya, hingga tahun 1960an, orang-orang Karo sangat anti segala yang berbau Barat (baik gereja maupun sekolah). Baru setelah peristiwa G30S 1965, banyak orang Karo masuk agama karena takut dituduh komunis. Menurut data dari seorang pendeta Jerman yang pernah bekerja untuk GBKP, Grothuis (seorang putrinya Almut Grohuis bekerja sangat lama untuk Yayasan Alpha Omega GBKP di tahun 1990an), pada tahun 1967, hanya sekitar 11 koma sekian persen orang Karo beragama.
Kedatangan Pdt. Grothuis ke GBKP adalah babak baru lagi bagi GBKP untuk bekerjasama dengan RMG Jerman. Grothuis dikirim ke Indonesia awalnya adalah untuk bekerja di HKBP. Karena konflik di dalam HKBP maka dia ditolak untuk bekerja di sana. Dia mendatangi GBKP dan diterima oleh GBKP. Dialah yang kemudian membawa babak baru kerjasama GBKP dengan RMG khususnya melalui Lemgo dan Wupertal. Kebetulan saja saya pernah diminta oleh Museum Lemgo untuk berceramah di sana dan dari seorang yang mendatangi saya setelah ceramah itu saya mendapat informasi bagaimana sejarah kerjasama antara Lemgo dan Alpha Omega yang yang kebetulan pula dibidani oleh mama nguda saya pula. Sewaktu kita-kita dari Belanda mengunjungi mama Pdt. MP Barus di Wupertal sempat pula berbicara lewat telepon dengan Pdt. Grothuis dalam bahasa Karo dan tak lama setelah itu dia meninggal dunia. Saya sempat lama bekerjasama dengan putrinya dalam pembuatan video acara-acara Alpha Omega. Inti penuturan saya, sejak adanya hubungan erat antara GBKP dengan RMG maka hubungannya dengan NZG sepengamatan saya semakin renggang.

0 komentar:

Posting Komentar